Rabu, 15 September 2010

MAMAKU SEORANG PAHLAWAN WANITA DALAM KELUARGA KAMI

      28 April 1969 malam seorang perempuan bernama Indrawati berjuang melawan maut antara hidup dan mati. Isno Sihamto, sang suami mondar mandir didepan kamar bersalin menunggu kelahiran seorang bayi mungil anak ke-6 mereka. Jeritan dan teriakan menahan rasa sakit yang tak terhingga terus berlangsung hingga hampir kurang lebih 5 jam. Akhirnya tepat pada pukul 04.35 pada tanggal 29 April 1969 lahirlah seorang bayi laki laki yang sehat, montok dan ganteng. 

Foto Mama dan Papa waktu masih muda

      Bertahan di RS Panti Siwi Jember selama kurang lebih 3 hari untuk memulihkan kondisi kesehatan sang mama dan bayi, akhirnya keluarga ini pulang menuju rumah mereka yg berjarak sekitar 30 km dari RS. Sesampainya di rumah akhirnya papa memberi nama HERMADI SIHAMTO dengan nama kecil LIEM TONG HWEE yang memiliki makna Cahaya Dari Timur telah hadir kedunia dengan selamat. Dengan penuh cinta kasih mama mulai memberikan ASI kepadaku supaya dapat bertumbuh kembang dengan sempurna, menimangku dengan penuh kemesraan, ketulusan serta yang aku sangat sukai adalah penuh dengan kesabaran. Bulan berganti bulan hingga usiaku hampir menginjak 5 bulan musibah hampir merenggut nyawa semua keluarga kami kecuali papa. Saat itu papa berada di kota Surabaya sedang berbelanja barang untuk mengisi toko menjelang lebaran.

      Disinilah kebahagiaan yang tak terhingga tumbuh pada hati atas segala perjuangan mama menyelamatkan anak2nya dari maut kematian yang mengintai kami semua. Dini hari di bulan September 1969 terjadilah kebakaran hebat ditoko dan rumah kami. Dengan penuh perjuangan mama menggendong aku yang masih berusia hampir 5 bulan, membangunkan kelima kakakku dengan cara dicubitin satu persatu dengan keras. Kami berusaha lewat pintu belakang rumah kami supaya selamat dari amuk si jago merah. Sesampai dipintu, kami dihalang-halangi oleh seorang laki-laki yang tidak dikenal untuk keluar menyelamatkan diri. Terjadi aksi dorong mendorong antara mama dan orang asing itu. Dengan kekuatan luar biasa mama yang ingin menyelamatkan anak-anaknya, akhirnya kami bisa selamat dari maut. Puji TUHAN akhirnya semua terselamatkan meski harta benda kami habis terbakar termasuk barang yang baru datang dari Surabaya, tetapi TUHAN masih melindungi kami dengan KASIHNYA.

      Waktu tak terasa terus bergulir hingga akhirnya aku mulai bersekolah TK yang kujalani tanpa kekurangan sesuatu apapun juga hingga Sekolah Dasar di Yos Sudarso Ambulu. Hingga ada suatu peristiwa yang sampai saat ini tetap kukenang akan kesabaran mama menasehati aku sebagai anaknya penuh dengan cinta kasih yaitu ketika itu seminggu sebelum ulang tahunku yang ke-11 yang jatuh pada tanggal 29 April 1980. Aku minta diadakan pesta ulang tahun di rumah seperti teman-temanku yang lain, tetapi papa tidak setuju. Mama berusaha menasehati aku yang sudah ngambek supaya tidak diadakan pesta tetapi digantikan dengan sebuah hadiah sepeda baru. Bukan main senangnya hatiku mendengar janji mama untuk menghadiahkan aku dengan sepada baru. Tepat tanggal 29 April 1969, papa mengajakku ke toko sepeda untuk memilih sepeda baru, hal ini membuktikan bahwa mama benar-benar dapat menjembatani antara kasih mama kepada anaknya dengan kasih mama terhadap papaku sebagai suaminya.

      Banyak hal-hal indah yang aku alami karena kasih mama yang benar-benar istimewa yang diberikan kepadaku tanpa berkurang sedikitpun. Mama benar-benar sosok seorang Pahlawan wanita buat kehidupan aku. Kembali sifat bijaksana mama terlihat ketika aku berniat menikah dengan seorang gadis yang dikenalkan ceceku, papaku dengan tegas mengatakan tidak setuju meski berkata tak bisa melarang niatan hatiku, tak berselang lama setelah papa mengatakan tak setuju mama berusaha menasehatiku: supaya aku bisa juga mencintai dan menyayangi semua keluarga istri, jangan hanya bisa menerima sang gadis tanpa mau memperhatikan semua keluarganya.

      Setelah aku menikah pada 10 September 1995, aku dan istri tinggal di kota Lumajang. Disinilah kembali ku merasakan kasih mama benar-benar sangat istimewa tak berkurang sedikitpun bahkan aku merasakan lebih besar, ketika ku membutuhkan bantuan mama untuk menjagakan toko karena harus berbelanja barang ke Surabaya. Mama bersedia hadir dengan naik bus yang berjarak 70 km dari rumah mama. Tetapi tak satupun perbuatanku yang berusaha membayar untuk menyenangkan atau membahagiakan mama. Saat aku berwisata hanya mengajak istri dan keluarganya. Sudah seringkali aku melakukan hal ini sampai akhirnya aku berencana untuk merayakan ulang tahunku yang ke-29 dengan berwisata ke Pulau Bali mengajak mama. Akhirnya dengan sukacita pada tgl 29 April 1998 dini hari kami semua berangkat dari kota Jember menuju Pulau Dewata. Betapa suka citanya aku karena ini adalah hal pertama aku berusaha membahagiakan mama tercinta.

      Kunjungan pertama kami adalah di Bedugul. Setelah berpuas puas di Bedugul kami melanjutkan perjalanan menuju kota Denpasar untuk mencari penginapan dan berencana menuju Kuta menikmati Sunset di pantai, tetapi ya TUHAN semua rencana kami berantakan. Setelah beristirahat sejenak di penginapan mama mengeluh sangat pusing dan sempat jatuh terduduk di ranjang. Dengan sangat panik aku berusaha membawa ke RS Sanglah (rekomendasi pemilik penginapan). Meskipun mama berusaha menolak dan mengatakan cukup beristirahat di kamar hotel saja dan menyuruh kami meninggalkannya di hotel agar dapat meneruskan wisata (yang tentu saja tidak kami lakukan) dan tetap membawa mama ke RS Sanglah dengan diantar anak pemilik penginapan.

Foto Mama bersama aku dan cucu-cucunya

      Sesampainya di RS Sanglah, Denpasar, mama langsung ditangani dokter dan didiagnosa bahwa terjadi penyumbatan pembuluh darah ke-7 dan ke-13 di otak. Jika tak langsung ditangani maka resikonya akan terkena stroke. Dalam hati aku berkata,  "Aduh TUHAN kenapa KAU berikan musibah ini disaat hari bahagiaku". Aku sempat tercengang sampai perkataan dokter menyadarkanku, "Gimana, mamanya harus langsung Opname!" Di UGD mama memaksa untuk pulang ke Jember dan tidak mau opname di RS. Karena kurang pengalaman dan usia ku yang sangat muda sehingga tak bisa memberi nasehat dan menyakinkan mama untuk opname. Inilah kesalahan fatal yang aku lakukan. Kuturuti kemauan mama yang benar-benar resikonya tampak di kemudian hari. Penyesalan memang tak datang diawal tetapi di akhir peristiwa.

      Pada hari itu juga kami kembali meninggalkan Pulau Dewata menuju RS Jember Klinik. Mama sempat di tangani dokter spesialis Jember selama 10 hari sampai akhirnya koko kami yang tinggal di Surabaya mengharuskan membawa mama untuk di rawat di RS HCOS karena tidak ada kemajuan berarti meski sudah hampir 2 minggu dirawat di RS Jember dan akhirnya mama di tangani oleh dr Yusuf Effendi di RS HCOS Nginden Surabaya dan dapat sembuh setelah dirawat selama sebulan.Tetapi inilah penyesalan yang saya katakan diawal cerita meskipun mama dapat sembuh dari stroke tetapi mengalami cacat pada kaki yaitu jalannya tidak bisa normal, salah satu kakinya diseret jika berjalan.

Foto Mama

(maaf tidak dapat mengambil foto mama dalam posisi duduk sejak operasi penggantian mangkok tulang panggul, mama tidak bisa duduk)

     Kembali kasih sayang mama yang begitu nyata diberikan kepadaku saat aku mengalami masa pahit dalam kehidupanku yaitu ketika aku mengalami perceraian pada 29 April 2002. Mama banyak memberikan penghiburan buat aku anak terkasihnya sehingga mampu melewati masa masa pahit tersebut. Dan akhirnya aku menikah kembali pada tanggal 23 Mei 2006 tepat dihari ulang tahun istriku. Kebahagiaan yang luar biasa aku dapatkan saat aku mendapatkan 2 putri yang cantik. Tetapi aku tak dapat sepenuhnya memberikan kebahagiaan buat mama yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik serta membesarkanku hingga aku mampu jadi seperti sekarang.

      Penderitaan mama tak hanya sampai disini, sejak mengalami sakit stroke kondisi mama yang dulu tak pernah sekalipun marah2, kini mama suka marah-marah. Lebih parahnya mama lebih sering berhalusinasi yang tidak karuan. Penderitaan mama kembali bertambah pada tahun 2007. Mama mengalami patah tulang panggul dan harus operasi ganti tulang panggul. Ini awal dari musibah yang terberat bagi mama. Sekarang mama harus ditopang dengan kursi roda. Dan yang membuat aku sangat trenyuh adalah kondisi memori ingatan mama sudah sangat jauh berkurang. Mama mengalami kepikunan. Menurut dokter hal ini disebabkan karena otak mama mengalami pengkerutan atau mengecil. Dan kondisi terakhir mama saat ini lebih parah, mama tidak bisa duduk ataupun berjalan sejak operasi penggantian mangkok tulang panggul.

      Tangis dalam doa dan hati hanya berharap kepada Sang Pencipta agar kelak di reinkarnasi berikutnya aku dapat terlahir kembali sebagai anak mama Indrawati. Karena aku benar-benar telah merasakan kasih, ketulusan, cinta dan kesabaran mama yang sungguh-sungguh luar biasa yang tak mungkin aku dapatkan jika aku terlahir pada orang lain. Terimakasih TUHAN engkau telah memilihkan aku seorang mama sehingga dapat terlahir pada seorang mama yang penuh cinta kasih, ketulusan, kesabaran dan kesetiaan yang sangat besar. Mama engkau adalah permata hatiku yang paling indah dan paling berkilau. Semoga amal kebajikan yang aku tanam bisa meringankan segala penderitaan yang mama alami sekarang. Dan semoga di reinkarnasi berikutnya engkau tak mengalami penderitaan ini lagi. Kasihmu lebih dalam dan lebih luas dari samudra manapun yang ada di dunia ini. Cintamu jauh lebih bernilai dibanding batu mulia apapun. Kesabaranmu sungguh-sungguh membuat orang lain iri kepadaku. Dan yang terpenting kesetiaanmu pada keluarga patut mendapat 1 (satu) Milyar acungan Jempol.

      Kini aku hanya dapat mengucap terima kasih dalam setiap doa yang aku panjatkan atas semua yang telah mama berikan buat aku. Semoga cerita ini dapat sebagai pemacu semangat buat semua teman-teman pembaca, agar dapat menyayangi dan memberikan yang terbaik untuk mama sebelum terlambat.